MA’BULUNG PARE : Menelisik Tradisi Ma’bulung Pare Dalam Perspektif Ekoteologi

Ma’bulung pare adalah tradisi dilaksanakan pada saat hasil tanam padi berhasil tumbuh dengan baik dan meminta kepada Tuhan untuk menyertai hasil panen dan terhindar dari hama tanaman padi. Mengenai Ma’bulung pare dalam Ekoteologi perlu menjadi perhatian setiap agama sekalipun modernitas memudarkan kepercayaan kita terhadap alam, Eko-teologi dalam kehidupan Kristen dapat mengajarkan kita bahwa manusia memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga kelestarian alam dan menciptakan harmonis antara manusia dan alam. Skripsi ini bersifat penelitian yang menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Agar mempermudah memahami Ma’bulung pare dalam perspektif ekoteologi maka penulis memperoleh langsung dari lapangan penelitian yaitu Jemaat Bamba Ratte, Klasis Masanda dan data sekunder yang diperoleh melalui kepustakaan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan skripsi ini. Jadi dapat dilihat bahwa pelaksanaan tradisi Ma’bulung Pare ini merupakan ungkapan syukur kepada Tuhan karena para petani melihat bahwa sampai sejauh mana keadaan padi sudah bulung dan sudah mulai mekar tumbuh dengan baik dan memberikan buah yang legat sehingga membuat para petani menyatakan rasa syukurnya dan sekaligus merupakan sebuah permohonan agar padi itu terus bertumbuh dengan baik sampai waktu atau masa itu sehingga padi itu memberikan buah baik sesuai dengan keinginan masyarakat. Tradisi Ma’bulung Pare sebagai wujud penghormatan dan syukur atas nikmat Tuhan yang dalam bahwa hal ini diwujudkan melalui hasil pertanian khususnya padi bahwa mencerminkan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bumi yang melimpah dan pengakuan atas peran Tuhan dalam menyediakan rezeki dan merawat ciptaan-Nya.